Pernah denger tentang "middle child syndrome"? Sedang atau pernah mengalami ini? Pernah tahu seseorang yang mengalaminya? Atau malah gak tau sama sekali kalo ada sindrom semacem ini? Hihihi..baru opening aja udah banyak nanya begini ya saya..maaf yaaa.. :D
Berawal dari iseng ngerapiin folder pribadi di PC kantor, dan saya nemuin seabrek artikel tentang sindrom ini yang saya
Mari kita buat gambaran dulu. Misalnya ada suatu keluarga dengan tiga anak di dalamnya. Jika Anda sebagai orangtua, Anda tentu kalah jumlah ya (2 vs 3). Kalah jumlah di sini berarti Anda dan pasangan harus bekerja ekstra membagi tugas untuk memberi perhatian dan kasih sayang, tanpa membuat salah satu di antara mereka
Kita semua tahu bahwa selain orangtua, saudara kandung juga memiliki pengaruh besar dalam pengembangan kepribadian kita. Karena, seperti yang disebut Healthguidance, waktu yang kita habiskan dengan keluarga lebih banyak 33% dari waktu yang kita habiskan di lingkungan luar rumah. Sumber itu pun menyebut bahwa urutan kelahiran dan hubungan saudara mempunya kontribusi besar terhadap ciri-ciri kepribadian, harga diri, dan bahkan ambisi seorang anak di dalam keluarga. Well, ini dia penjelasannya :
Mereka yang terlahir sebagai anak sulung cenderung muncul sebagai pemimpin dengan rasa percaya diri yang tinggi. Essorment pun menyebutkan contohnya. Hampir semua Presiden AS adalah anak sulung atau setidaknya anak tunggal dalam keluarga mereka. Begitu pula dengan kebanyakan para astronot yang dikirim ke luar angkasa. Mungkin hal itu didukung dengan jiwa kepemimpinan dan rasa percaya diri tinggi yang kemudian tertanam dalam diri mereka sejak dibesarkan oleh orangtua sebagai anak pertama. Ya, anak tertua atau anak sulung cenderung menjadi anak yang paling diantisipasi dan menarik banyak perhatian orangtua. Bisa dibilang, orangtua benar-benar mencurahkan perhatian, dukungan, support finansial, dan hal lainnya dengan habis-habisan, dalam membesarkan si sulung. Yah, wajar lah ya. Setiap hal pertama akan menjadi sesuatu hal baru dan menarik banyak atensi orangtua, yang tentunya juga akan memberikan semua yang terbaik untuk suatu pengalaman pertama itu. Setelah beranjak besar, lalu memiliki adik, memang akan ada semacam beban di pundak si sulung seperti tuntutan untuk memberi contoh yang baik kepada sang adik, membimbing sang adik, dan lain-lain. Tetapi karena sudah "kenyang" dengan limpahan perhatian sejak awal dilahirkan, apalagi jika jarang usia dengan sang adik cukup jauh, menurut saya, si sulung tak akan terlalu mengalami kendala berarti dalam menghadapi "tanggung jawab" itu.
Ketika orangtua memutuskan untuk memiliki anak kedua, lalu menambah lagi anak ketiga, apalagi dengan jarak usia yang dekat, tentunya struktur keluarga akan berubah. Perubahan itu juga tentu akan berpengaruh pada si sulung dan si tengah. Ketika anak ketiga lahir di dalam keluarga, untuk si sulung, mostly tidak terlalu terpengaruh banyak. Karena ia sudah "terbiasa" dengan tanggung jawab dan "kepemimpinannya" sebagai seorang kakak, dan sudah "kenyang" dengan perhatian seperti yang saya sebut di atas tadi. Tapi hadirnya anak ketiga dalam keluarga bagi si tengah, apalagi dengan jarak umur yang tidak terlalu jauh?? Nah loh..have you thought about that?? :P
Kalau dalam bahasa Sunda (yang dulu sering ditujukan kepada saya :P) ada istilah "bungsu teu jadi" alias anak yang batal menjadi anak bungsu, karena hadirnya sang adik. Waktu kecil, saya sering kali sedih bahkan ngambek jika ada tetangga atau keluarga yang mengucapkan istilah itu kepada saya. Kesan yang (saat itu :P) membekas saat mendengar istilah tersebut adalah saya sudah tidak lagi "disayang", seperti halnya ketika saya masih menjadi anak bungsu di dalam keluarga, sebelum adik saya terlahir ke dunia.
Ya, itulah "sindrom anak tengah". Suatu gambaran disposisi yang umumnya dirasakan oleh anak kedua dari tiga anak di dalam suatu keluarga, atau bahkan anak tengah dalam jumlah anggota keluarga lebih banyak. Sebagai anak tengah yang berada dalam posisi "terjepit", anak tengah sering kali
Sayangnya, dalam hal ini kebanyakan orangtua cenderung menanggapinya dengan santai. Sedikit orangtua yang menyadari bahwa anak tengahnya sedang mengalami sindrom ini, dan sedikit pula yang memahami dampak yang dapat diakibatkan pada si anak tengah nanti jika hal tersebut dibiarkan berlarut-larut.
Pada anak tengah yang mengalami sindrom ini, krisis identitas pun tak jarang terjadi. Para anak tengah sering kali merasa "kebingungan" dalam menempatkan diri, mengetahui apa yang orangtua dan keluarga harapkan dari mereka, atau apa yang harus dilakukan untuk mendapatkan "pengakuan" dari orangtua atau saudara kandungnya. Hal ini sering kali membuat mereka merasa tidak penting, tak terlihat, tidak terdengar, dan ini tak jarang membuat mereka bertanya-tanya di mana mereka berada, bahkan dalam lingkup yang lebih besar. Seperti yang dinyatakan sebelumnya, anak-anak tertua dan termuda cenderung menjadi "favorit", yang berarti bahwa mereka membentuk ikatan yang lebih dekat dengan salah satu orangtua atau bahkan keduanya. Ketika orangtua tidak menyadari hal tersebut, anak tengah justru akan menjadi pihak yang merasa tersisih dan sering kali tenggelam dalam perasaan bahwa mereka tak "diperhatikan".
Ini baru sedikit saja penjelasan sindrom anak tengah yang kerap terjadi dalam lingkup keluarga. Tentunya, di luar lingkungan tersebut, anak tengah yang mengalami sindrom ini juga akan melewati masa-masa yang tak kalah "sulit"-nya. Tak sedikit anak tengah yang dalam hubungan pertemanannya kemudian menjadi sosok penyendiri, tidak mau menonjol dalam suatu lingkungan, atau bahkan menjadi sosok sebaliknya, yang kerap mencari-cari perhatian dengan cara berlebihan. Tak jarang pula anak tengah yang justru merasa "menjadi diri sendiri" ketika dia keluar dari lingkup keluarga. Di luar rumah, ia justru menjadi lebih ekspresif, lebih dominan dan merasa bisa mendapat "pengakuan", berbeda dengan apa yang ia tunjukkan di tengah keluarganya. Nah lho.. :P
Ya, memang tidak sedikit anak tengah yang mengalami sindrom ini mencoba mencari perhatian orangtua dan saudara kandungnya dengan cara yang salah. Ketika kecil, si anak tengah tipe ini menjadi anak "pengganggu" dan mudah marah, ketika beranjak besar mereka melakukan kenakalan-kenakalan yang berlebihan, cenderung merepotkan (bahkan dalam beberapa kasus, memalukan). Tapi, di samping fakta tersebut, banyak pula anak tengah yang justru berjuang untuk mencuri perhatian orangtua dan saudara kandungnya dengan cara yang positif. Ketika kecil mereka menjadi lebih mandiri (meski tak jarang disebut "penyendiri") dan tidak manja dibanding saudara-saudara kandungnya, ketika beranjak besar mereka akan belajar dan berjuang habis-habisan untuk mendapatkan prestasi memuaskan (baik akademis maupun di bidang lain), bahkan melebihi si kakak dan si adik (jadi inget Alex Dunphy-nya "Modern Family" nih.. :P) demi "mencuri" perhatian.
Ada beberapa poin tentang middle child yang saya dapet dari Urban Dictionary. Menurut situs tersebut, anak tengah akan cenderung bersikap sebagai berikut:
- Melakukan kenakalan demi mendapat perhatian
- Tidak ngoyo alias go with the flow
- Bekerja dan beraktivitas sesedikit mungkin (lebih banyak berpikir dan membatin rupanya.. :P)
- Tak mau terlalu bergantung kepada orangtua, dibandingkan dengan saudara kandungnya yang lain
- Menjadi penyendiri dalam keluarga, jarang berpartisipasi dalam acara keluarga terkecuali diminta
- Menjadi juru damai (atau tepatnya cari aman :P)
- Lebih suka mencari pendapat atau nasihat dari seorang teman daripada orangtua
- Menjadi individu yang sangat kreatif
...dan sebagai seorang anak tengah, membaca poin-poin di atas, saya pun tidak
Lalu, adakah solusi untuk menghadapi sindrom ini, baik untuk orangtua maupun anak tengah yang mengalami sindrom ini dalam keluarganya? Nah, berhubung ini tulisan udah kepanjangan, saya keep sisanya buat postingan berikutnya aja ya.. :) Masih ada banyak hal tentang "middle child syndome" yang saya dapet dari beberapa sumber, yang bakal saya share dengan harapan bisa semakin membuka mata kita tentang apa yang sebenernya terjadi pada yang mengalaminya, apa imbas yang akan diakibatkan kemudian jika sindrom ini terus dibiarkan, untuk bekal kita sebagai calon orangtua, atau bahkan sebagai "jalan keluar" bagi yang mungkin pernah atau sedang melewatinya. Adioooos.. :)
peace & love
@cy
Komentar
@ Ule: Members to the right!!! :D You feel me I feel you..you and me feel feel an yaah..hahaha..naon seeeh si acy teh... :D
ditunggu bagian keduanya
:)
@ Varida: Lanjutannya ada di sini -> http://acykwacy.blogspot.com/2013/02/middle-child-syndrome-part-two.html jangan lupa dicantumin sumbernya kalo mau ngutipp juga ya dear..thank you.. :)