Saya termasuk penonton yang nguber film horor Thailand. Penonton yang penakut..tapi selalu penasaran.. :P Selama ini film horor Thailand seperti "Shutter", "Alone", "4bia", "Three", "Coming Soon", "Ladda Land", dan masih banyak lagi, juga selalu sukses bikin saya berminggu-minggu takut tidur sendiri, takut ngaca
Selaen karena wujud hantunya yang "original" (apa sih Ciw :P), maksudnya ya memang nyeremin, berwujud absurd, dan sering kali udah ga berupa manusia (tidak seperti halnya horor-horor Hollywood punya yang justru sangat "manusiawi"), jalan cerita yang menyeramkan, full of surprises, dan sangat berbau keseharian, endingnya yang twisted plus settingan film horor Thailand yang kelam seperti halnya film horor Jepang juga bikin suasana horor dan mencekamnya bener-bener dapet.Thumbs up deh!!
Tapi niih, sebagainya penonton yang juga sangat suka drama/komedi romantis, kali ini saya punya referensi baru tentang film buatan Thailand dengan genre ini. Ternyata mereka ga cuma jago nakut-nakutin aja ya, tapi semalem juga sukses bikin saya, adek, dan suami saya ngakak abis-abisan dengan film komedi romantis buatannya. Walaupun sebelumnya saya sempet kecewa sama drama romantis Thai berjudul "Hello Stranger" yang menurut saya biasa aja, kali ini saya bener-bener puas dengan "ATM", film Thailand nonhoror yang hanya tayang di bioskop Blitzmegaplex, dan masih tayang sampai hari ini.
Film ini menceritakan tentang sepasang kekasih, Sua (Chantavit Dhansevi) dan Jib (Thawat Pornrattanaprasert) yang bekerja di satu bank yang sama. Karena ada aturan yang melarang sesama pekerja untuk berhubungan dekat alias pacaran, mereka pun menjalani hubungan itu secara diam-diam. Setelah tiga tahun backstreet, Jib merasa jenuh. Apalagi, Jib merasa terbebani karena dialah orang yang memiliki kewenangan, dan bahkan sudah memecat beberapa pasangan yang berpacaran dengan rekan satu kantor. Rasa jenuh inilah yang membuat Sua akhirnya mengajak Jib untuk menikah, mereka pun lalu memutuskan tanggal pernikahan. Sayangnya, sampai paket pernikahan dipesan, tidak ada satu pun yang mau mengalah untuk mengundurkan diri dari bank tempat mereka bekerja. Jib yang memiliki jabatan lebih tinggi daripada Sua, meminta calon suaminya itu untuk mengundurkan diri, mengingat penghasilannya yang lebih tinggi. Namun, sebagai lelaki, Sua pun tak mau begitu saja mengundurkan diri, apapagi kelak dia pun harus menjadi pencari nafkah utama di dalam rumah tangganya.
Sua dan Jib, atasan dan bawahan yang tiga tahun berakting berpura-pura tidak pacaran. |
Peud, the founder of the ATM error.. :D |
Adalah Sua dan Jib yang ditugaskan untuk melacak kesalahan tersebut. Selain melacak para nasabah yang menarik uang, Sua dan Jib pun diminta untuk bernegosiasi dengan para nasabah agar mengembalikan "uang gratis" yang mereka dapat dari mesin ATM tersebut. Tugas inilah yang menjadi ajang bertaruh bagi Sua & Jib untuk menentukan siapa yang akan mengundurkan diri dari bank tempat mereka bekerja, agar mereka bisa menikah. Barang siapa yang berhasil lebih banyak mengumpulkan "uang gratis" dari nasabahnya, dialah yang akan tetap bertahan untuk bekerja.
Stupid cupid hillarious conflicts between them two.. :D |
Meski sedikit lambat di awal film, selanjutnya "ATM" menawarkan kekonyolan yang cenderung lebay tapi sangat menghibur, hingga lama-kelamaan penonton pun dibiasakan dengan kelebayan itu..*halah* :p Dari mulai tahap pencarian nasabah yang menarik "uang gratis", tahap negosiasi nasabah, hingga tugas pencarian nasabah selesai, banyak sekali kejadian-kejadian bodoh dan konyol yang akan membuat kita tidak berhenti tertawa. Persaingan antara Sua dan Jib dalam mengejar nasabah ini menghasilkan banyak sekali kelucuan. Sekilas kita akan diingatkan pada pasangan Mr. & Mrs. Smith yang saking bersaingnya bahkan lupa bahwa mereka adalah pasangan yang saling mencintai. Dari awal hingga akhir film ini, berbagai aksi komedi pun diumbar dengan taraf kelucuan yang bermacam-macam. Saya pun merasakan sendiri betapa kelucuan di film "ATM" ini membawa saya mulai dari cengar-cengir, cekikikan, tertawa kecil, hingga akhirnya terbahak-bahak gak berhenti sampe memegang perut sendiri saking gak tahan nahan kocaknya.. :D
Peud, si abege kaya baru bersama pacarnya. |
Pad, Peud, dan Sua dalam aksinya mengumpulkan "uang gratisan" demi mencapai misinya mengalahkan Jib sang calon istri. |
Kalau semuanya isinya bikin kita ketawa, terus mana romantisnya? Tenang..tetep ada ko.. ;) Di pertengahan film memang nyaris komedi semua. Kalaupun di awal ada adegan romantis najis nya, sangatlah sedikit dan justru tidak diperankan oleh Sua dan Jib, melainkan oleh dua abege yang akan sering muncul di film ini (siapa? mending tonton sendiri :P). Scene romantis Sua dan Jib justru akan dipadatkan di ujung film. Contohnya saat Sua melamar ulang Jib dengan cara yang sangat unik, romantis, tapi tetep konyol ala dia.
Will you marry me Jib? ;) |
Saya memuji sekali akting Chantavit Dhansevi sebagai Sua di film ini. Setelah sukses bermain dengan peran sangat serius di film bergenre horor "Coming Soon", di film ini saya seakan melihat kebalikan karakter Chantavit di film tersebut. Di total berubah menjadi sosok yang sangat konyol, pria tak mau kalah yang justru selalu kalah oleh pacarnya (gimana sih :P), pria tertindas dalam hubungan kerja dan hubungan cinta dengan pacarnya, plus facial expression kocaknya yang tetep terlihat cute buat saya.. (auuuuwww.. :P). Begitu juga dengan akting Preechaya Pongthananikorn. Kesan pacar yang galak, tak mau kalah, dan sangat dominannya juga dapet banget. Seperti halnya Chantavit, Preechaya pun tak sungkan memasang tampang jeleknya di film ini. Belum lagi casts pendukung yang lain yang ngga kalah kocaknya. Even seorang figuran anak kecil yang hanya muncul dua scene sebagai penjual mainan pun sukses mengocok perut saya.. :D Satu paket komedi romantis yang sangat komplit menurut saya.. :)
So, bagi yang ingin suatu tontonan yang berbeda dari negeri Thailand sana yang tak kalah menghibur daripada drama komedi Hollywood punya, film "ATM" ini sangat recommended. It's a very entertaining movie. Four stars from me.. ;)
peace & love
@cy
Komentar