Let Me Introduce My Cats! (Part One)


Saya lupa sejak kapan saya suka banget abis pol-polan *halah* sama yang namanya kucing. Tapi seinget saya, sejak kecil saya udah terbiasa hidup damai dan bahagia bersama mereka..hahah :D Mungkin karena Emih saya (nenek, ibu dari Bapak) juga pencinta kucing, sampe punya belasan kucing plus banyak kucing liar laennya yang sering dia kasih makan, "bakat" itu jadi menurun juga ke kakak, saya, dan juga adik saya. Gimana enggak, setiap libur kenaikan kelas, tiga bersaudara ini nggak pernah absen "diungsikan" ke rumah emih. Otomatis semakin seringlah kami bertiga berinteraksi dengan kucing-kucing kampung peliharaan Emih yang mostly gemuk-gemuk dan bersih.

Saya juga lupa siapa kucing pertama yang kami pelihara. Yang jelas, semasa saya SD dan tinggal di Asrama Brimob, Bapak masih benci banget sama kucing. Anak-anaknya enggak pernah dibolehin melihara kucing. Apalagi ngebolehin kucing masuk rumah & diajak tidur bareng-bareng di kamar kayak sekarang :P Tapi karena udah kadung suka, ga bisa liat kucing keliaran di sekitaran rumah, selalu aja ada keinginan kami untuk nggendong, ngelus, plus ngasih makan kucing-kucing liar. Kebiasaan ini juga yang akhirnya bikin beberapa kucing asrama  sering nongkrong saban pagi di rumah kami. Dan meski sering murka, Bapak cuma bisa pasrah .. :D

Karena Bapak pindah tugas, kami pun pindah ke rumah yang kami tempati sekarang. Emih yang sudah sepuh dan tak punya teman hidup sepeninggal Empap (kakek, ayahnya Bapak), akhirnya ikut tinggal bersama kami. Di sinilah Bapak semakin pasrah. Kebiasaan Emih memelihara kucing, tak kuasa ditolaknya. Iya lah, daripada jadi anak durhaka, ya nggak Pak? :D

Dan datanglah Jalu. Kucing jantan berwarna kuning pucat yang tadinya liar, akhirnya secara resmi *halah* kami pelihara setelah kami mandikan. Jalu bener-bener dimanjain Emih.Gimana enggak, setiap pagi dibeliin emih semangkok bubur ayam (ini beneran loh), siang dan malemnya dikasih makan ikan pindang duri lunak, tidur siangnya di pangkuan Emih, malemnya di kamar bareng saya & adik saya. Sayang, kami nggak punya fotonya. Dulu belom ada handphone dan kamera digital sih. Jadi ga ada itu yang namanya narsis-narsisan.. :P Jalu akhirnya mati karena keracunan. Saya lupa gimana ceritanya. Yang jelas, waktu itu sepulang sekolah saya nemuin Jalu dengan mulut berbusa dan badan kaku di pinggir jalan di samping rumah.

Sepeninggal Jalu, datanglah satu kucing kecil yang saya lupa namanya. Kucing betina ini sepertinya ada yang sengaja buang di depan rumah kami. Karena dia hanya datang sendiri, tanpa induknya. Tanpa pikir-pikir lagi, kucing ini langsung kami mandikan dan pelihara. Bahkan ketika matanya bengkak karena dipatok ular sawah pun, Emih dengan sabar merawatnya. Setiap pagi Emih usapi luka di matanya sambil berzikir. Sampai akhirnya dia sembuh, tumbuh dewasa dan beranak-pinak di rumah. Bapak sangat enggak suka. Apalagi anak-anak kucing ini terbilang jorok. Sudah kami potty train pun, mereka tetep pup dan pee di mana aja. Tanpa sepengetahuan kami, kucing dan anak-anaknya ini dibuang bapak, entah ke mana. Saya dan adik sampe nangis-nangis, Emih juga marah, dan kami sempet berhari-hari ngambek sama bapak karena kejadian itu..heheh.. :P

Setelah itu, datanglah Cemong....

Kami berinama Cemong karena warna bulunya yang tampak kotor.
   
Cemong datang karena dibawa seorang tetangga. Tahu bahwa keluarga kami (minus bapak) adalah penyuka kucing, tetangga datang membawa Cemong karena kasihan melihat kucing ini dipukuli anak-anak kecil di sekitar kompleks. Cemong adalah kucing jantan yang sangat manja, tertama pada Emih. Saat Emih sakit parah pun, Cemong seperti mengerti. Dia sering terlihat menyendiri, tidak se-playfull biasanya. Selama kami memelihara kucing, Cemong adalah kucing yang paling loyal. Sampai akhirnya Emih meninggal dunia, Cemong tetap setia pada keluarga kami. Satu hal yang membuat kami terharu, sepeninggal Emih, Cemong kerap terlihat duduk menempati kursi teras yang menjadi tempat Emih berjemur setiap pagi. Padahal sewaktu Emih masih ada, dia tak pernah seberani itu. Paling dia hanya berani duduk di kolong kursi sambil memainkan kaki Emih yang sengaja digerak-gerakkan untuk mengajaknya bermain. Semasa birahi, seperti umumnya kucing-kucing jantan, Cemong pun sering menghilang beberapa hari. Tapi ia tetap kembali pulang, mencakar-cakar pintu meminta dibukakan jika pulang larut malam. Cemong jugalah yang akhirnya membuat Bapak bersimpati pada kucing. Diam-diam Bapak sering mengelus Cemong dan memberinya makan, seakan mengulang apa yang dulu Emih lakukan. Sejak itulah, kucing demi kucing berdatangan, dan Bapak tak keberatan.. :)

Kemudian hadirlah Kimmy...

The only picture of Kimmy and me.
Kimmy adalah kucing peliharaan kami yang datang sendiri. Kimmy kami pelihara karena sering terlihat nongkrong di depan rumah dan tipikal kucing betina genit yang sering terlihat menggoda Cemong. Padahal kalo untuk ukuran manusia, range umurnya sangat jauh. Kimmy terlihat bak anak abege sementara Cemong bak bapak-bapak beristri banyak (karena udah ngawinin banyak kucing betina). 

Kemudian, datanglah Missy. Bibi kami (adik bapak yang juga pencinta kucing) yang membawa Missy ke rumah untuk kami pelihara. Missy adalah hasil perkawinan kucing kampung dan anggora. Bulunya cukup lebat, tapi hanya di bagian tertentu seperti ekor dan kepala. Missy sedikit lebih tua dibandingkan Kimmy. Ketiganya hidup akur di rumah kami. Sayang foto-foto Missy hilang bersama handphone lama saya..jadinya gabisa ngeksis di sini juga diaa..hihihi.. :P 

Kimmy dan Missy akhirnya hamil hampir bersamaan. Kami langsung menuduh Cemong sebagai pelaku "pencabulannya". Jelas aja, Cemong di masa birahinya yang ke sekian kali udah ngga perlu lagi keliaran mencari betina. Lha wong dua kucing betina udah siap sedia di rumah. Semasa hamil Kimmy sangat manja. Lain halnya dengan Missy yang sangat cuek dan cenderung galak. Kalau Kimmy, siapa pun yang terlihat duduk-duduk, harus siap "disinggahi" sampai akhirnya tertidur di pangkuan kami. Sementara Missy, jangankan dipangku, dielus aja marah. Waktu melahirkan pun sifat keduanya berbeda. Untuk Kimmy, gak ada istilah melahirkan sendiri seperti kucing betina kebanyakan. Icha (adik saya) dan Abang Jai (pacarnya) lah yang mengelus-elus punggungnya dan menungguinya sepanjang malam, sampai akhirnya tiga anak kucing selamat dia lahirkan, Kimbo, Neiko, dan Kenzo. Missy sendiri melahirkan tanpa kami ketahui. Tahu-tahu enam anak kucing sudah tampak di kotak yang khusus kami sediakan. Anak-anak Missy ini pun kami beri nama Merry, Miska, Miko, Miki, Nonong yang jidatnya nongnong, dan Ulil yang ukuran tubuhnya saaangaaaaattt kecil. Dan inilah mereka, meski tak semua..

Searah jarum jam: Kenzo, Kimbo, dan Neiko, protecting each other.

Merry, yang ketika dewasa hamil & melahirkan Omarion setelah diungsikan ke rumah Abang Jai.

Miko, anaknya Missy yang juteknya ngalahin emaknya.. :D


Miki. Meski warna bulu sangat mirip dengan Miko, tapi sifatnya sangat bertolak belakang. Kalau Miko jutek, Miki cenderung manja, bahkan sampai sekarang setelah dia menjadi kucing jantan tua nan liar.


Ulil. Bentuk tubuhnya keciiiiiiil sekali dibanding saudara-saudaranya yang lain.
So, kami punya total dua belas kucing saat itu. Cemong sebagai bapak, Missy sebagai istri tua, Kimmy sebagai istri muda, dan kesembilan anaknya. Ya, memang terlalu banyak untuk ukuran rumah kami yang tak seberapa luasnya. Kami pun merasa berat memikirkan makanannya, meskipun nggak juga tega untuk melepas mereka. Bapak akhirnya memberi kami ultimatum. Kami diminta memilih kucing mana yang akan benar-benar dipelihara, dan mana yang akan kami "relakan" pergi. Akhirnya kami memilih Kenzo (Jojo), Kimbo, Neiko, Miki, dan Ulil, untuk tinggal. Selebihnya ada yang kami berikan kepada teman, "dititipkan" di pasar, dipelihara Abang Jai, dan dibiarkan liar. Hiks... :(

Sampe di situ sajakah ceritanya? Hohooo..jelas enggak. Masih panjang cerita lain yang akan menjelaskan juga silsilah keluarga Omarion, satu-satunya kucing yang kami pelihara sekarang. Naah..biar nggak kepanjangan..saya keep culu ceritanya buat blog berikutnya yaa. Mioow..miooow...ehehe.. :D

   

peace & love


 @cy

Komentar

Puti mengatakan…
miaooowww, hidup kucinggg, u will def agree, meski bete setengahhh matiii tapi begitu udah liat kucing pasti langsung jadi bagus mood nya berubah 180 derajat, betul gak hehe, tosss ahhhhh *sesama #catlover
Astri Kurnia mengatakan…
Betuuulll..moodbooster sekali binatang yang satu ini. Dari mewek beleleran bisa langsung cooling down hanya dengan ngelus bulu mereka, or even jadi ketawa terkencing-kencing dengan ngeliat kelakuan lucu dan bodohnya (ngejar-ngejar ekor sendiri misalnya)..hahaha..tosssss... :D
pelangiku mengatakan…
Duh..liat kucing2nya Astri bikin inget sepupuku yang miara kucing 30 ekor di halaman belakang rumahnya. ---miauw---
Astri Kurnia mengatakan…
Waaaahh banyak bangeeet 30 ekor ^_^ Salam buat sepupunya yaa..salam miauw..hehehe.. ;)