Middle Child Syndrome (Part Two)



Here I am..back again..mencoba melanjutkan apa yang tertunda tentang middle child syndrome yang saya jabarin di postingan sebelumnyaSebelumnya saya juga udah kasih gambaran tentang apa sesungguhnya middle child syndrome ini. Well..at least saya mencoba menjelaskannya berdasarkan beberapa sumber yang saya baca.. :) Sangat penting untuk diketahui bahwa sama seperti sindrom lainnya, karakteristik middle child syndrome ini juga bersifat umum. So, hanya karena si anak menunjukkan gejala yang berbeda, atau tidak menunjukkan salah satu gejala dari yang saya sebutkan di postingan lalu, tidak berarti bahwa mereka tidak mengalami sindrom ini atau sebaliknya.

Bagi orangtua, tentu bukanlah hal yang baik jika salah satu dari anaknya dibiarkan begitu saja dalam perasaan "tersisih" dan kurang diperhatikan. Tidak baik pula jika orangtua mengambil sikap "cuek" dalam menghadapi sikap salah satu dari anaknya yang berjuang (bahkan kadang menghalalkan segala perbuatan) demi mendapatkan perhatian, dengan hanya menganggapnya sebagai "kenakalan" biasa. Bagi sang anak yang mengalami sindrom ini, tentu juga tak mungkin terus-menerus tenggelam dalam perasaan "dikucilkan". Hendaknya, "perjuangan" dalam hal mencari perhatian itu pun dapat diarahkan ke dalam hal-hal positif yang justru akan membuat dirinya menjadi  pribadi yang lebih kuat dan berkualitas, setidaknya bagi dirinya sendiri.

Dalam menyikapi hal ini, orangtua pun hendaknya sebisa mungkin mengurangi atau bahkan menghilangkan konflik di dalam rumah, khususnya yang melibatkan si anak tengah. Jangan langsung mengecap si anak tengah sebagai anak badung yang kerap "mencari-cari masalah", tapi lihat dan pahami apa yang melatarbelakangi sikapnya yang tidak biasa tersebut. Untuk menghindari agar sindrom ini tidak dialami si anak tengah, sebagai orangtua sebisa mungkin hindari pula sikap membanding-bandingkan setiap anak. Bersikaplah seadil mungkin dalam memberi perhatian dan dukungan, hindari pula favoritisme dalam keluarga. Demi memberikan keyakinan pada masing-masing anak tentang kemampuan mereka sendiri, arahkan anak-anak Anda pada kegiatan-kegiatan yang berbeda demi memberikan mereka kesempatan untuk bersinar secara individual dan memiliki lingkungan pertemanan yang juga berbeda-beda. Pastikan juga, jangan pernah curhat kepada salah satu anak bahwa dia lebih baik atau lebih berbakat dibandingkan dengan yang lainnya. Berikanlah mereka pujian atas pencapaian mereka, dan tanamkan sikap saling mendukung, saling mengajarkan, dan saling memberi semangat antara satu dengan yang lainnya.

Dengan kecenderungan sifat anak tengah yang kerap merasa bahwa diri mereka tak terlihat, sangat pula mungkin kita menemukan seorang anak tengah yang menjadi seseorang yang aneh, pemarah, rendah diri, bahkan pemalu, dan penyendiri. Namun, hal itu pun tentunya kembali ke masing-masing personal si anak, terutama ketika mereka bersosialisasi di dunia luar, dalam menyikapi perasaan-perasaan yang mereka alami di dalam rumah. Jika di lingkup pergaulan atau lingkungan eksternalnya si anak justru bisa mendapat ruang lebih untuk mengaktualisasikan dirinya, sifat-sifat yang dijabarkan di atas itu takkan lantas terbawa hingga ia dewasa. Ketika anak tengah mendapat ruang lebih untuk mengekspresikan dirinya di lingkup pergaulan, kelak ia justru akan terlatih menjadi pribadi yang mandiri, percaya diri, dan dapat meredam emosi. Dalam hal iniperan orangtua dalam memantau lingkungan pergaulan si anak tengah pun mutlak diperlukan. Pastikan bahwa si anak tengah berada di lingkungan pertemanan yang kondusif, yang tak lantas menjadikan si anak menjadi sosok yang semakin merasa terkucil dan terabaikan.

I lived through this condition,
it is not fatal,
just difficult.

Ya, sebagai anak tengah, saya pun pernah merasakan sindrom ini. Pernah..karena sudah lewat masanya. Pernah..karena sekarang saya sudah lebih legowo menerimanya. Pernah..karena tidak ada dendam, tidak ada benci, tidak ada pikiran buruk mengiringi apa yang pernah saya lewati. Dulu (terutama di masa SMP-SMA), ketika sindrom ini dirasa "menyiksa" saya, mungkin ada benci, ada dendam, ada iri, ada sedih yang belarut-larut, ada keluhan bertubi-tubi ke karena merasa diperlakukan berbeda. Tapi itu dulu..sekarang enggak lagi... :)

Beruntung, alhamdulillah, ketika itu saya tidak bergaul di lingkungan yang salah, sehingga saya masih selamat dari segala pengaruh buruk yang bisa terjadi terhadap si anak tengah yang mengalami sindrom ini. Entah karena pikiran jelek saya, entah karena memang begitu adanya, kala itu saya selalu merasa saya terabaikan dari segala perhatian. Tapi saya baru menyadarinya sekarang. Saya patut bersyukur dengan kondisi sesulit apa pun yang saya lewati di masa lalu (dan berhasil melewatinya), karena somehow itu merupakan suatu proses pendewasaan bagi saya. Entah apa jadinya saya jika tidak melewati itu semua, mungkin saya akan menjadi pribadi yang berbeda. Singkat kata, I'm proud of what I am today. I'm proud of what I've been through... :)

Dengan apa yang saya alami di masa lalu itu pun, saya tentu tak menyalahkan orangtua dan kakak juga adik saya. Ya, kita semua tahu bahwa tak ada orangtua yang sempurna dalam membesarkan anaknya di dunia ini. Mereka juga manusia biasa, dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Tapi bagi saya tetap saja, bagaimanapun mereka adalah orangtua yang hebat, yang telah mendidik dan membesarkan saya hingga saya bisa menjadi diri saya sekarang, dan mereka jugalah yang selalu memacu semangat saya untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Aamin. I love my parents. I love my siblings. I love them no matter what... :)

I'm a typical middle child. I'm the mediator. The one that makes everything OK, puts their own needs aside to make sure everybody's happy. It's hard to change your nature, even with years and years of therapy.
 -Jennifer Jason Leigh-


Ada beberapa hal yang dapat orangtua lakukan untuk mengantisipasi sindrom ini. Poin-poin ini mungkin bisa menjadi referensi untuk kita yang sedang membesarkan beberapa anak, atau bahkan berencana membangun keluarga dengan anak lebih dari satu. Apa sajakah? Silakan disimak.. :)

1. Selami Hati Si Anak Tengah Lebih Dalam
Salah satu ciri khas dari anak tengah adalah sifatnya yang misterius dan cenderung menyimpan apa yang mereka rasakan untuk mereka sendiri. Jika dia tidak berbagi perasaannya, sisihkan waktu khusus untuk anak tengah Anda dan dekatkan diri Anda dengannya. Buka akses seluas mungkin baginya agar Anda bisa menjadi tempatnya berbagi untuk hal apa saja. Tak sedikit anak tengah yang cenderung memilih terbuka kepada orang lain karena tidak mendapatkan hal ini di lingkungan terdekatnya. Maka, pastikan Anda bisa menjadi orang pertama yang mereka cari ketika mereka ingin berbagi perasaan atau mengalami kesulitan, agar hal tersebut tidak terjadi.

 2. Bersikap Lebih Peka
Dalam keluarga yang memiliki anak tengah, tak jarang terjadi perselisihan atau perbedaan pendapat antaranak. Jika biasanya si sulung lebih dominan dalam perselisihan dan si bungsu sebagai yang termuda lebih "dimenangkan" oleh orangtua dalam konflik yang terjadi, si anak tengah tak jarang menjadi bulan-bulanan. Untuk menghindari pengaruh buruknya sindrom ini terhadap si anak tengah, hindari pula hal-hal semacam ini. Berikan ruang yang sama bagi si anak tengah untuk mengemukakan pendapat dan melakukan pembelaan diri atas perselisihan yang terjadi. Begitu pula dalam menentukan keputusan yang diambil bersama dalam keluarga. Misalnya ketika Anda sekeluarga hendak pergi ke suatu tempat, beri kesempatan pada si anak tengah untuk mengemukakan keinginan atau pendapatnya. Baiknya, Anda tidak serta merta menuruti kehendak si sulung, atau mengikuti apa yang menjadi rengekan si bungsu. Tidak ada salahnya sesekali membiarkan anak tengah mengembil keputusan. Hal ini akan membuat dia merasa pendapatnya dihargai, dan melatih dirinya untuk lebih "berani" mengemukakan apa yang dia inginkan dan rasakan. Dengan demikian, sifat urutan kelahirannya yang berada di tengah keluarga pun kelak dapat menjadikannya sebagai pribadi yang bisa membuat keputusan bijaksana yang akan memuaskan semua orang.

3. Konsistensi
Aturlah waktu khusus secara teratur dengan setiap anak, termasuk anak tengah Anda. Mungkin dengan menyempatkan waktu satu malam dalam seminggu untuk menghabiskan waktu bersama-sama tanpa saudara kandung lainnya, atau hanya menonton acara TV favoritnya bersama-sama tanpa gangguan. Hal ini tanpa bermaksud mengistimewakan siapa pun dibandingkan dengan saudara kandungnya yang lain, melainkan membuka akses bagi masing-masing anak untuk lebih merasa sama dekatnya dengan Anda sebagai orangtua. Dengan demikian, sifat dasar anak tengah yang cenderung menutup diri dapat diminimalisir, dan ia akan merasa mendapatkan perhatian yang sama dengan yang didapatkan saudara-saudara kandungnya yang lain.

4. Belikan Mereka Barang yang Baru
Tak sedikit anak tengah yang menggunakan atau memakai sesuatu yang diturunkan dari sang kakak. Bukan begitu? :P Sang adik, atau si bungsu, biasanya justru mendapatkan barang baru karena yang diturunkan si anak tengah sering kali tak lagi dianggap layak pakai. Hal ini tentu akan mengundang kecemburuan. Hal ini terutama dialami oleh keluarga menengah yang benar-benar mengatur keuangan mereka, sehingga kerap kali menurunkan barang-barang yang masih layak pakai. Hal ini memang baik. Tetapi, pernahkah Anda berpikir bahwa perlakuan tersebut justru akan menyebabkan si anak tengah merasa tidak pernah memiliki sesuatu yang benar-benar miliknya sendiri? Oleh karena itulah, ubahlah kebiasaan ini. Tak ada salahnya, sesekali beri si anak tengah kesempatan untuk mendapatkan barang yang benar-benar baru untuk dirinya, bukan barang bekas pakai sang kakak, yang sering kali baru sebentar digunakan pun sudah rusak.

5. Arahkan Emosi Si Anak Tengah pada Hal yang Positif
Dengan sifat dasar si anak tengah yang cenderung tertutup tersebut, Anda sebagai orangtua tentu akan lebih mengalami kesulitan untuk "mengorek" isi hati dan pikiran mereka, dibandingkan dengan saudara kandungnya yang lain. Ketika hal ini terjadi, alangkah baiknya Anda mengarahkan hal tersebut pada kegiatan-kegiatan positif berbau hobi kreatif baginya seperti menyanyi, menggambar, menulis, bahkan menari. Hal ini tentu akan membawa dampak lebih baik baginya kelak daripada membiarkan si anak tengah menyibukkan diri dengan segala isi hati dan pikirannya yang kerap kali lebih ia sukai untuk disimpannya sendiri.

6. Katakan Lewat Foto
Bila Anda menampilkan foto-foto keluarga di ruang tamu, pastikan anak tengah Anda mendapatkan foto khususnya juga. Tidak jarang, dalam keluarga yang memiliki anak tengah, jumlah foto si sulung yang kerap menjadi kebanggaan, dan si bungsu yang dimanjakan, justru lebih mendominasi. Hal ini tentu akan memicu rasa iri si tengah yang merasa terabaikan. Buat mereka merasa istimewa dengan segala keunikannya, seperti halnya kakak dan adiknya. Berikan ruang yang sama bagi si anak tengah untuk "tampil" di dalam keluarga, seperti halnya saudara kandungnya yang lain. Dengan demikian, tak ada lagi perasaan tersisih dalam diri mereka.

Well..itu mungkin sedikit poin yang saya dapat dari beberapa sumber yang semoga bisa menjadi guidance bagi kita, baik yang mengalami sindromnya, yang tidak, yang sudah berkeluarga, maupun yang sedang berencana membangun keluarga. Tidak mudah memang. Tapi, jika diyakini dan dijalani pun toh tak akan sulit juga. Seenggaknya ungkapan ini meluncur dari seorang anak tengah yang juga sempat mengalami sindrom ini ya.Yup..it's me!!! :) Meski sempat merasa terganggu dengan perasaan-perasaan yan berkaitan dengan sindrom itu, saya sama sekali tidak menyesal. Seperti yang juga saya sebut di atas, saya merasa hal itulah yang telah mendewasakan saya. Tak semua anak tengah berakhir tragis dengan kehidupan kacau balau akibat mencari-cari perhatian orangtua. Tak semua anak tengah memiliki kepribadian sulit yang membuatnya sulit pula untuk diterima di lingkungan pergaulan sekitarnya. Tak semua anak tengah hidup menyendiri dan menyedihkan, karena sejak kecil selalu tersisihkan. Semuanya kembali kepada pribadi masing-masing anak, dan pada "pengertian" orangtua dalam memperlakukan si anak tengah beserta keunikannya.  

Sekali lagi, sebagai anak tengah yang pernah merasakan sindrom ini, saya bersyukur dengan apa yang telah saya lewati. Saya bersyukur tidak terjerumus dalam lingkungan yang salah, bersyukur memiliki orangtua yang pengertian dengan "keistimewaan" saya, hingga saya bisa seperti sekarang ini. Tanpa bermaksud bluffing, (halah, apa pula yang bisa di-bluffing-in?? :P) pengalaman itulah yang menjadikan saya bisa benar-benar berdiri di atas kaki saya sendiri (dalam arti mandiri), jauh lebih dini dibandingkan dengan saudara kandung saya yang lain. Merasa tak pintar menyimpan uang, saya memilih untuk menggunakan kendaraan yang saya beli dari hasil keringat saya sendiri ketika saya mulai mendapat pekerjaan. Alih-alih menggunakan angkutan umum yang menurut pandangan saya hanya akan "menghabiskan" uang yang tidak sedikit setiap bulannya, tanpa ada bukti berupa barang, saya memutuskan untuk mencicil motor sendiri. Alih-alih tinggal di rumah orangtua atau mengontrak paviliun atau rumah dengan biaya yang juga tak sedikit tapi takkan berbukti apa-apa (yaaah..namanya juga nyewa), saya memilih untuk bersusah-susah dan hidup sederhana di rumah cicilan di awal pernikahan. Dan di dalam keluarga, sayalah yang pertama kali mengambil langkah yang mungkin bisa dibilang "nekat" ini.. (*proud* :D). Setidaknya ini menjadi pembuktian bagi diri saya sendiri. Sindrom anak tengah tak melulu berakhir buruk pada siapa pun yang mengalaminya. Kita yang digembleng dengan sindrom ini justru bisa menjadi seseorang yang lebih kuat, mandiri, lebih cepat dewasa, berani mengambil keputusan, dan lebih berorientasi masa depan. Lagi-lagi, semua kembali kepada pribadi masing-masing.

So, masih mau meremehkan, atau mengucilkan si anak tengah? Jangan lagi laaaah.. :D Setidaknya jadikan tulisan-tulisan ini gambaran dan guidance untuk kita semua tentang "keistimewaan" mereka. Semoga bermanfaat yaaa. Adiooos... :)


peace & love

@cy

Komentar

Unknown mengatakan…
Setuju banget! Bisa nh ngobrol2 krn sama2 anak tengah :D
Astri Kurnia mengatakan…
Waaaah..see? Berarti bener kan ya sindrom ini bukan semata-mata "pikiran jelek" si anak tengah? Hihihi.. ;)
Ngobrol2 bisa dooong..G+ and Facebook me here -> a_ciw@yahoo.com and tweet me here -> @acykwacy welcome to the club..haha.. :D

Btw, terima kasih sudah mampiiir.. :)