How Marriage Has Changed Me..

From left to right: My Dad, My Husband, My Mom, and Me.. :)

Di malem sebelum saya menikah, di saat keluarga besar berkumpul di rumah, saya sempet ngobrol dengan kakak sepupu tentang banyak hal, hingga akhirnya obrolan mengerucut pada kehidupan baru yang akan saya tempuh. Dia pun berbagi pengalamannya pada saya, betapa pernikahan telah banyak membawa banyak perubahan positif padanya, pada hubungannya dengan orangtua (terutama ibunya), juga pada hubungannya dengan kakak adiknya, serta keluarga besarnya. Dia juga bilang betapa dia semakin paham dan mengerti  seperti apa perjuangan seorang ibu dalam menjaga dan merawat anak-anaknya, setelah dia merasakan dan menjalankan sendiri semua itu. "Seperti yang teteh rasain sendiri, insya Allah pernikahan ini bikin kamu semakin sayang sama kedua orangtua, kakak adik, dan keluarga, lebih dari rasa sayang yang kamu rasain sebelumnya," kurang lebih itulah yang dia bilang sebelum akhirnya kami saling berpelukan erat, sampe saya menitikkan air mata karena gak kuasa menahan haru.

Setelah kurang lebih satu tahun empat bulan saya menikah dan merasakan sendiri semuanya, saya kembali teringat pada apa yang kami bahas malam itu. Ya, apa yang kakak sepupu saya katakan itu benar-benar saya rasakan sekarang. Kehidupan baru ini membuat saya semakin mencintai kedua orangtua dan keluarga saya, lebih dari sebelumnya. Kehidupan baru ini membuat saya semakin sadar betapa berharganya sisa waktu yang entah sampai kapan saya punya ini, untuk saya manfaatkan sebaik-baiknya demi membahagiakan mereka, orang-orang yang saya kasihi.

Ya, saya pun semakin menyayangi Mamah. Karena sejak ngerasain hidup mandiri, tinggal terpisah dari orangtua (meskipun jarak rumah masih kebilang deket banget :P), dan sepenuhnya ngejalanin peran saya sebagai seorang istri, calon ibu, yang juga bekerja, saya makin paham betapa apa yang Mamah lakukan sejak menikah dengan Bapak 33 tahun lalu hingga hari ini, adalah hal yang luar biasa.

Sebelum saya menikah atau waktu masih tinggal bersama orangtua, mungkin peran ini belum sepenuhnya terasa. Karena hal-hal domestik di luar kegiatan sebagai seorang wanita bekerja, misalnya memasak, membersihkan rumah, bahkan yang bersifat financially seperti belanja bulanan, bahkan membayar tagihan listrik, air, dll., semuanya kami lakukan secara kolektif. Sekarang, setelah menikah dan tinggal di rumah sendiri bersama suami, barulah semuanya semakin bisa saya rasakan sendiri. Betapa menjadi istri, calon ibu, yang sekaligus sebagai pekerja, yang juga mengurus segala urusan dan keuangan rumah tangga itu ..sungguh..tidak..mudah.

I'm not complaining here.. :) Saya hanya berkaca pada apa yang saya lihat di saat saya masih kanak-kanak hingga beranjak dewasa, dan membandingkannya dengan apa yang saya rasakan saat ini. Saya juga mengingat apa yang Mamah lakukan dengan semua tugas-tugas rumah tangganya serta tugas-tugasnya di luar itu (sebagai wanita bekerja), yang seakan terefleksi pada apa yang juga saya alami sekarang. Dengan sedikit demi sedikit merasakan tahap demi tahap yang sebelumnya hanya bisa saya lihat dan amati dari sosok Mamah, sekarang saya benar-benar merasakannya sendiri. And it feels amazing for me..

Indeed..time flies..and we all learn... :)

Afterall what I've been through..I feel that juggling the whole things is not easy. Meski begitu, sejak 27 tahun yang lalu saya lahir ke dunia hingga hari ini, saya melihat Mamah tetap bisa survive menjalankan perannya dengan baik, sebagai istri, ibu dari tiga anak, yang juga bekerja. Selama 27 tahun itu pula hampir tidak pernah saya dengar keluh kesah dari Mamah, meskipun saya yakin rasa lelah sering menderanya. Ya, saya akui, rasa lelah itu pun saya rasakan sendiri. Tapi jika melihat luar biasanya perjuangan Mamah selama ini, rasanya terlalu malu bagi saya untuk mengeluh. Mamah benar-benar ikhlas menjalankan perannya yang..lagi-lagi saya bilang..sungguh..tidak..mudah.

Dari situlah saya belajar..untuk bisa seperti beliau.... :)

Alhamdulillah. Saya pun memetik hikmah dari semua yang saya lewati. Berada di posisi saya sekarang, merasakan peran yang dijalankan dan dilewati Mamah selama ini, semakin meyakinkan saya betapa luar biasa berartinya beliau bagi hidup saya. Limpahan perhatian bahkan rasa khawatir Bapak dan Mamah terhadap saya (karena sering kerja pulang larut malam, misalnya) yang tak pernah berhenti hingga detik ini, semakin menyadarkan saya bahwa kasih sayang mereka tak akan pernah habis, bahkan semakin bertambah ketika kini kami tinggal berpisah rumah. Belum lagi kasih sayang adik dan perhatian kakak yang kian berlipat jumlahnya terhadap saya..semuanya semakin terasa.

Ya, tinggal terpisah dari orang-orang yang saya kasihi, semakin mengingatkan saya betapa setiap waktu saya bersama mereka amatlah berharga. Semua ini semakin menggugah hati saya bahwa inilah saatnya untuk menebus segala dosa, kesalahan, dan kekecewaan yang pernah saya perbuat terhadap mereka, dengan bakti, kebahagiaan, dan kasih sayang yang tak ada habisnya.

Bismillah. Semoga Tuhan mengizinkan. Semoga Tuhan memberi jalan. Amin...


peace & love

@cy


Komentar

Eve mengatakan…
And it's so true Acyw. Same thing like i feel, though i haven't been in a marriage for a month.. Still mom asked me, if i have arrived home/not yet? huaaaa... and i miss her badly.. huks..huks..
Astri Kurnia mengatakan…
*peluk Ivy* \(^_^.)/Makin terasa ya sekarang gimana sayangnya mereka sama kita.dan gimana sayangnya itu gak berkurang even kita udah jadi tanggung jawab suami..hiks..terharu :') Mari doakan terus semoga mereka selalu sehat dan bahagia sepanjang hidupnya yah Ivy. Amiin...
Astri Kurnia mengatakan…
Auuuwww..Thank you Gaby..:) How I loooove your blog too. Love your fashion, your style, and everything.. :) I follow you back already. Thank you for visiting my blog..hugs and kisses.. \(^_^)/