WELL..pertanyaan di judul blog ini kayaknya mutlak ada di pikiran mereka yang tengah berencana membeli rumah ya? Apalagi yang berencana membeli rumah itu adalah yang budgetnya terbatas seperti saya.. :P Beeeeuuh..untuk akhirnya bisa ngejawab pertanyaan ini aja saya dan suami bener-bener butuh waktu lama buat mikirinnya. Mikirin segala plus minusnya, sambil tentu ngumpulin dana untuk uang muka, plus biaya proses ini itu yang menurut kami enggak sedikit jumlahnya. Bagi kelas pekerja seperti saya dan suami, agak mustahil rasanya untuk membeli rumah secara cash. Kecuali kalo saya atau suami ikut kuis Who Wants to be a Millionaire dan berhasil bawa pulang at least setengah dari hadiah utamanya.. *ngimpi* :P Selaen itu, dengan gaji karyawan segini adanya, bisa-bisa kami keburu beranak cucu kalo nunggu duitnya ngumpul dulu..huhuhu.. (-_-.) That's why, dalam kondisi kami seperti ini, pilihan tentu jatuh ke sistem pembelian rumah secara KPR. Berbunga memang, tapi untuk ukuran pembelian properti yang secara nilai akan terus meningkat, menurut kami menjatuhkan pilihan ke dalam sistem kredit ini dan mengikatkan diri dengan komitmen cicilan puluhan hingga belasan tahun *tarik napas*..insya Allah bukanlah pilihan yang salah.
Sebelum akhirnya memutuskan untuk membeli rumah second, saya dan suami benar-benar mempertimbangkan banyak hal. Mulai dari harga, jarak rumah dengan tempat kami bekerja, jarak dengan tempat tinggal orangtua kami (maksudnya biar kalo ada apa-apa, ato kalo mau nitip anak kagak repot bolak-baliknya :P), serta akses, fasilitas, dan lingkungan tempat tinggal untuk kami dan insya Allah anak-anak kami nanti (amin). Bagi kami, dari sekian hal tadi, pertimbangan utama tentulah urusan harga. Karena at first, kami ingin semuanya sesuai dengan kemampuan kami. Gak maulah memaksakan diri, apalagi ujung-ujungnya nanti hanya akan menyusahkan diri sendiri atau malah orangtua. Nah, karena dengan budget yang sesuai kemampuan kami itu, rumah baru yang bisa kami beli adalah rumah yang jauh dari tempat kami bekerja (apalagi dari orangtua dan mertua), sementara dengan budget yang sama, saya bisa membeli rumah di kompleks tempat orangtua saya tinggal. Dengan pertimbangan tersebut, pilihan pun akhirnya jatuh ke pembelian rumah second. Apalagi di saat bersamaan seorang tetangga rumah orangtua saya menawarkan rumahnya kepada saya dengan harga terbilang sesuai dengan budget kami, hingga akhirnya awal Februari lalu jual beli pun disepakati. Alhamdulillah..mungkin ini yang namanya sudah rezeki ya.. :)
Sekedar memberi gambaran bagi para calon pembeli rumah, saya ingin berbagi plus dan minus pembelian rumah second yang saya dapet dari beberapa sumber termasuk dari pengalaman saya pribadi. Bagi yang berbudget lebih mungkin tak perlu banyak mempertimbangkan soal hal ini ya..hehehe, tapi bagi yang berbudget terbatas seperti saya poin-poin ini mungkin bisa jadi bahan pertimbangan.
Plus
- Untuk pembelian rumah second, bangunan rumah tentu saja sudah berdiri. Dengan begitu kita dapat melihat susunan denah rumahnya, bentuk dan kualitas bangunan yang sesungguhnya, sehingga bisa menjadi pertimbangan bagi kita untuk memutuskan untuk membeli rumah tersebut atau tidak.
- Lingkungan sosial sudah terbentuk. Contohnya tetangga, kontrol sosial, sistem keamanan, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, tempat ibadat, dan fasilitas lainnya di sekitar rumah tersebut. Dengan begitu, kita sebagai pembeli kelak hanya tinggal menyesuaikan diri. Sementara untuk rumah baru lingkungan sosialnya umumnya belum terbentuk dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menjadi benar-benar hidup.
- Infrastruktur kawasan seperti jalan, taman, listrik dan air sudah berjalan. Dengan demikian kita tinggal melanjutkan pemakaian atau pun perawatannya saja. Hal ini lain halnya dengan pembelian rumah baru, apalagi untuk perumahan yang baru dibuka, yang terkadang fasilitas-fasilitas tersebut masih belum bisa dinikmati secara langsung dan maksimal.
- Harga bangunan dan rumah bisa ditawar, apalagi jika si pemilik lama sedang sangat membutuhkan uang. Ini juga yang terjadi pada saya dan suami. Kami jadi punya nilai tawar lebih karena keterpepetan *halah* si penjual ini..hehehe. Gakpapa lah ya..tawar-menawar kan udah biasa banget dalam jual beli. Lagi pula demi menyesuaikan harga dengan budget juga tentunya.. :P
- Bangunan dapat langsung ditempati setelah selesai transaksi pembelian. Meskipun tidak jarang tetap diperlukan waktu untuk perbaikan demi kelaikan bangunan maupun atas nama selera kita sebagai pembeli. Hal ini lain halnya dengan pembelian rumah baru yang saat ini kebanyakan menggunakan sistem booking. Biasanya sejak akad jual-beli diperlukan waktu sekitar 1-2 bulan bahkan ada yangs ampai 4 bulan pembangunan sebelum akhirnya rumah tersebut bisa ditempati.
- Pajak rumah second relatif lebih murah daripada rumah baru. Ini jelas karena adanya perbedaan antara NJOP (Nilai Jual Objek Pajak) antara rumah baru dengan second, sehingga akan ikut berpengaruh terhadap perhitungan pajak jual beli bangunannya.
- Risiko investasi properti untuk rumah second sangat kecil. Hal ini disebabkan lingkungan tempat tinggal yang sudah terbentuk dan mapan.
- Semua fasilitas yang diperlukan penghuni rumah sudah ada dan bisa langsung kita nikmati. Dapur misalnya. Lain halnya dengan rumah baru di pasaran yang kebanyakan menempatkan meja dapur di area teras belakang, rumah second sudah menempatkannya di dalam satu ruangan khusus, bahkan ada pula yang telah menyediakannya secara lengkap berikut kitchen set permanennya.
- Untuk pembelian rumah second, pilihannya tidak banyak. Tidak seperti pembelian unit di perumahan baru yang memiliki berbagal jenis pilihan, tipe, lokasi, dan harga jual, pasar rumah second muncul tanpa direncanakan dan kebanyakan sudah mengalami tahap renovasi oleh pemilik lama. Dan inilah yang biasanya tidak mudah untuk disesuaikan dengan selera kita, entah itu warna cat, penempatan ruangan, penempatan pintu, dll. And it is happens to us too.. :P
- Bahan dan kualitas bangunan properti tidak diketahui dan ada kemungkinan besar kita sebagai pembeli akan mengeluarkan biaya besar untuk perbaikan dan perawatan di awal pembelian. Ini persis seperti yang saya alami. Ada beberapa bagian rumah yang kualitas bangunannya tidak sesuai dengan keinginan kami yang tidak terlihat saat survei dan saat rumah itu masih dipenuhi barang-barang si penjual. Contohnya, beberapa bagian dinding ada yang retak dan melepuh, kebocoran di beberapa titik, plafon yang bernoda dll.Untuk kasus saya, beberapa bagian rumah yang saya beli memang memerlukan perawatan tambahan, dan itu sudah kami anggap sebagai resiko pembelian rumah second. Itulah kenapa kami pun akhirnya harus menunda kepindahan, karena si rumah harus terlebih dahulu melewati tahap renovasi dan pemeliharaan kerusakan-kerusakan tadi.
- Desain bangunan ada kalanya sudah ketinggalan zaman dan jika menurut Anda tidak cocok harus mengadakan renovasi untuk mengubahnya. Indeed..dalam hal ini saya pun sudah sangat gemas dengan rumah kami!!! :D Meski secara penempatan ruangan sudah sangat suka, tapi perintilan lain seperti warna keramik kamar mandi, keramik dapur, sampe keramik teras sudah sangat ingin segera saya ganti dengan warna yang kami mau. Kami pun ingin mengganti tampilan dudukan bangunan teras beserta kusen pintu ruang tamunya dengan style minimalis. But it's our later project.. :P Sekarang syukuri saja yang ada dulu, sambil memompa semangat bekerja, usaha, dan berdoa biar diberi jalan dan rezekinya..hehehe..aminnn ;)
- Jika sudah melebihi 20 tahun, kekuatan konstruksi rumah menurun. Ini biasanya menyulitkan renovasi dan sudah dan sulit direnovasi sebagian.
- Nilai bangunan terdepresiasi (menurun) dalam waktu 20 tahun.
- Lebih rumit dalam mengurus persyaratan jual-beli. Hal ini karena dalam pembelian rumah second, kita harus melewati tahap pengecekan sertifikat tanah dan bangunan penjual, memastikan kelancaran pembayaran PBB tahun-tahun sebelumnya, dan persyaratan administratif pertanahan lainnya sebelum untuk akhirnya semua itu berbalik nama menjadi atas nama pembeli.
Good luck..semoga semua rencananya dilancarkan..hingga akhirnya berhasil memiliki si rumah idaman yaa... \(^_^)/
peace & love
@cy
Komentar